Saturday, January 12, 2019

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN



MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN
Nanda Claresta Almas1) , Safari  Hasan, S.IP,MMRS2),
1)Ilmu Kesehatan  Masyarakat, Institut  Ilmu  Kesehatan  Bhakti  Wiyata  Kediri
2)Staff Pengajar Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Jl. K.H Wachid Hasyim no. 65, Kediri, Jawa Timur, Indonesia


Abstrak
                                                                                               
Merajalelanya korupsi menandai bahwa persoalan pendidikan karakter bangsa harus menjadi perhatian semua pihak, pemimpin bangsa, aparat penegak hukum, pendidik dan tokoh-tokoh agama, golongan dan lain sebagainya. Pembangunan karakter harus dibentuk. Studi ini dilakukan berangkat dari keprihatinan saya persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam hal pendidikan karakter, lalu menganalisis fakta-fakta yang ada, dan dari sana menawarkan berbagai alternatif penyelesaian. Dari hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan bahwa pembangunan karakter jika ingin efektif dan utuh mesti menyertakan tiga institusi, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyambung kembali hubungan dan educational networks yang nyaris putus antara ketiga institusi pendidikan ini. Tanpa tiga institusi itu, program pendidikan karakter sekolah hanya menjadi wacana semata tidak akan berhasil karena tidak ada kesinambungan dan harmonisasi. 


Abstract


The current state of corruption should encourage
every citizens of the nation, all parties,
the leaders of the nation, law enforcement officials, educators
 and religious leaders, to focus their attention to character building. Character development should be established as part
of the national strategy to improve nation’s life. The study begins
from my concern about the backwardness of character education in Indonesia, and then from there I attempts to propose alternative solutions.
The article concludes that to be successfull, character development should include the participation of three important institutions
 of social life: family, school and community. Therefore, the first step  is  to reconnect
the educational institutions with other institutions. Without the three institutions, the school character education program is
only a discourse which will not succeed because
there is no continuity and harmonization.

Keywords
character education; community; education; family; school

Kata Kunci : karakter bangsa, sekolah,    keluarga,golongan,pendidikan 




1. Pendahuluan
Latar Belakang

Persoalan yang dihadapi bangsa ini
dari hari ke hari makin banyak tanpa ada titik terang penyelesaian. Semua lini kehidupan mengalami persoalan dan cobaan yang
tak habis-habisnya, bahkan semakin parah.
Mari kita perhatikan dalam percaturan
dunia. Salah satu badan internasional yang
bernaung di bawah organisasi PBB, United Nations Development Programme (UNDP),
menjalankan ritual tahunan, mengumumkan negara-negara menurut peringkat Human Development Index (HDI). Dalam laporan
HDI, negara Indonesia dibandingkan dengan negara-negara jiran, seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, Brunnei Darussalam
dan Filipina, berada di peringkat yang masih
rendah. Hal ini sangat ironis, sebab realitas
menunjukkan, Singapura yang penduduknya
tidak lebih dari jumlah penduduk Jakarta,
Brunnei Darussalam yang negaranya tidak
seluas Jakarta, Malaysia yang pernah menjadi murid kita, serta Thailand dan Filipina
yang 14 tahun lalu sama-sama dibantai krisis, berada diperingkat yang lebih tinggi.
Mari kita perhatikan sekitar kita. Makin banyak orang yang jatuh miskin atau
semakin miskin. Negara kita semakin tak
diperhitungkan di antara negara-negara

yang kompetitif. Negara kita masih diperhitungkan hanya karena memiliki jumlah
penduduk besar dan sumber daya alam yang
berlimpah. Kenyataannya, jumlah penduduk
yang besar dan sumber daya alam yang melimpah belum dapat memberi nilai tambah
serta jaminan bagi kemajuan dan pertumbuhan Indonesia.
Disamping itu, khususnya setelah kejatuhan Soeharto, Mei 1998, banyak terjadi
peristiwa yang memiriskan budi kemanusiaan. Kita melihat bagaimana martabat kemanusiaan bangsa Indonesia sudah terpuruk
ke jurang paling dalam,
mendekati tingkat kebinatangan. Kekerasan demi kekerasan yang terjadi di Indonesia merupakan suatu indikasi bahwa masyarakat kita sudah terkondisi dalam budaya
tanpa hukum. Aneka kekerasan itu seakan
bebas terus berlangsung tanpa ada yang bisa
mencegah. Maka ketika terjadi kekerasan
demi kekerasan yang dilakukan sekelompok
front atau laskar, masyarakat menganggapnya biasa-biasa saja. Banyak korban yang telah jatuh karena berbagai konflik politik, etnis, dan agama. Semua ini mengindikasikan,
kekerasan telah diterima oleh sebagian masyarakat kita sebagai suatu kebiasaan, yang
bukan kejahatan, tetapi dijadikan santapan
sehari-hari dalam menghadapi persoalanpersoalan hidup.
Masyarakat kita, akhir-akhir ini, mudah meledak karena sebab sepele, tidak sabar, agresif, mudah rusuh. Konflik rumah tangga kian banyak, hubungan interpersonal
kian rapuh. Sebaliknya, banyak yang tampak
lebih apatis, tak mau tahu atau tak berdaya
menghadapi masa depan, semangat kerja
anjlok, sulit memusatkan pikiran atau mengambil keputusan akurat. Belum lagi meningkatnya laporan bunuh diri.
Sekolah-sekolah memang melahirkan
manusia cerdas, namun kurang memiliki
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai moral
dan sopan santun dalam hidup bermasyarakat. Ini tampak dalam kasus tawuran antarsekolah, antarfakultas, antarperguruan tinggi
dan tindakan kekerasan yang hidup di dunia
pendidikan formal. Lulusan perguruan tinggi
yang mulai bekerja, tergiur berbuat tidak jujur karena tidak punya pegangan kebajikan.
Sebagian mahasiswa kita merasa bangga jika
kuliah tidak ada dosennya, perpustakaan
banyak kosong, internet digunakan untuk
hal-hal yang tidak terpuji, alergi buku yang
berbahasa asing, suka meniru skripsi orang
lain alias plagiator.
Perilaku tawuran atau kekerasan atau
perilaku tidak terpuji lainnya di sekolah-sekolah atau kampus-kampus, tidak mungkin
terjadi dengan tiba-tiba. Seseorang menampilkan perilaku itu merupakan hasil belajar
juga, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pendidikan kita
harus peduli terhadap upaya untuk mencegah perilaku kekerasan atau perilaku tidak
terpuji lainnya secara dini melalui program
pendidikan, agar budaya damai, sikap toleransi, empati, dan sebagainya, dapat ditanamkan kepada peserta didik semenjak
mereka berada di tingkat pendidikan pra sekolah maupun pada tingkat pendidikan dasar. Jadi, dalam kondisi kehidupan bangsa di mana nilai kemanusiaan mengalami krisis, bila dunia pendidikan formal hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tanpa diimbangi
penanaman nilai-nilai keluhuran martabat
manusia, belum memberikan sumbangan
besar bagi perwujudan masyarakat adil dan
makmur. Dalam dunia pendidikan kita sekarang ini, tidak boleh lagi terjadi proses
pendidikan yang lebih mendahulukan dimensi kognitif, sehingga dimensi humaniora dilalaikan, atau dengan kata lain, prestasi
akademik diutamakan, pembinaan manusia
sebagai pribadi dilalaikan. Predikat bangsa
Indonesia yang ramah dan sopan menjadi
kehilangan makna, manakala pembangunan
karakter bangsa menjadi kabur dilanda isu
kekerasan dan korupsi (Situmorang,2010).
Ada alasan yang sangat mendasar mengapa semua ini terjadi di Indonesia. Karakter

bangsa yang lemah, karakter bangsa yang tidak kokoh dalam mempertahankan prinsip
kebenaran yang hakiki. Jangan-jangan nilai
kebenaran yang hakiki sekalipun tak dimiliki
bangsa ini. Padahal, bangsa yang maju adalah bangsa berkarakter dengan masyarakat
yang berkarakter kuat.
Karakter dan kepribadian yang kuat
ditunjukkan melalui sikap tertib aturan,
mandiri, menghormati orang lain, perhatian
dan kasih sayang, bertanggungjawab, adil,
berperan sebagai warga negara yang baik,
dan mendahulukan kepentingan khalayak.
Saat ini pemahaman tentang kebenaran ternyata diartikan dengan sangat sempit dan
kerdil, kebanyakan dibawa ke ranah hukum
atau pengadilan untuk diputuskan benartidaknya.
Mempertimbangkan berbagai kenyataan pahit yang kita hadapi, seperti dikemukakan di atas, pendidikan karakter merupakan langkah penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri bangsa. Terbentuknya karakter peserta didik yang kuat dan
kokoh diyakini merupakan hal penting dan
mutlak dimiliki peserta didik untuk menghadapi tantangan hidup di masa akan datang.
Pengembangan karakter yang diperoleh melalui pendidikan, baik pada tingkat sekolah
maupun perguruan tinggi dapat mendorong
mereka menjadi anak-anak bangsa yang memiliki kepribadian unggul seperti diharapkan
dalam tujuan pendidikan nasional.
Bagaimana kondisi masyarakat Indonesia saat ini dalam kaitan dengan karakter
bangsa? Bagaimana pembangunan karakter
yang telah dan sedang dilakukan dalam masyarakat Indonesia? Apa solusi dan langkah
yang dapat dilakukan untuk pembangunan
karakter bangsa? Pertanyaan-pertanyaan
inilah yang coba digali dan dicari jawabannya dalam tulisan ini. Tulisan ini bermaksud
menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia saat ini, sehingga membuat masyarakat
sadar akan urgensi pembangunan karakter
bangsa. berdasarkan analisis kondisi sosial
yang ada, akan dapat dikemukakan alternatif langkah yang dapat dilakukan untuk
membangun karakter bangsa. Tulisan ini
menggunakan beberapa kajian literatur tentang pendidikan karakter.
Istilah karakter (character) atau dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan watak, adalah sifat-sifat hakiki seseorang atau
suatu kelompok atau bangsa yang sangat menonjol sehingga dapat dikenali dalam berbagai situasi atau merupakan trade mark orang
tersebut (Tilaar, 2008).
Lickona (1991) merujuk pada konsep
good character yang dikemukakan oleh Aristoteles “... the life of right conduct-right conduct
in relation to other persons and in relation to one
self ” (karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik/penuh kebajikan,
yakni berperilaku baik terhadap pihak lain
(Tuhan YME, manusia, dan alam semesta)
dan terhadap diri sendiri).
Sementara Martadi (2010) memberikan pengertian Pendidikan Karakter adalah
proses pemberian tuntunan peserta/anak
didik agar menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga,
serta rasa dan karsa. Peserta didik diharapkan memiliki karakter yang baik meliputi kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan
sehat, peduli, dan kreatif. Karakter tersebut
diharapkan menjadi kepribadian utuh yang
mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI, PIKIR, RAGA, serta
RASA dan KARSA.
Selanjutnya, dalam pengertian yang
lebih luas, Martadi (2010) menyatakan pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan
 karakter itu adalah
pendidikan nilai. Apa nilai-nilai itu? Secara
umum, kajian-kajian tentang nilai biasanya
mencakup dua bidang pokok, estetika dan
etika (atau akhlak, moral, budi pekerti). Estetika mengacu kepada hal-hal apa yang dipandang manusia sebagai indah, apa yang mereka senangi. Sementara, etika mengacu kepada hal-hal tentang tingkah laku yang pantas berdasarkan standar-standar yang
berlaku dalam masyarakat, baik yang bersumber dari agama, adat-istiadat, konvensi,
dan sebagainya. Standar itu adalah nilai-nilai moral atau akhlak tentang tindakan mana
yang baik dan mana yang buruk.
Menurut Foerster (Koesoema, 2006),
ada 4 (empat) ciri dasar dalam pendidikan
karakter, yaitu: Pertama, keteraturan setiap
tindakan dan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap
tindakan. Kedua, koherensi yang memberikan keberanian, membuat seseorang teguh
pada prinsip, tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun
rasa percaya satu sama lain. Ketiga, otonomi.
Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas
keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau
desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan
kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan
seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Kesetiaan merupakan dasar bagi
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Semakna dengan Foerster, Lickona
(1991) menyebutkan ada 10 (sepuluh) pilar
ciri dasar pendidikan karakter, yaitu: Trustworthiness; Respect; Responsibility, Fairness; Caring; Honesty; Courage; Diligence;
Integritydan Citizenship.
Tidak perlu diungkapkan panjang lebar, apabila kita simak dari ciri-ciri dasar
pendidikan karakter tersebut di atas, maka
pertama, kita lihat adanya muatan etika
(atau akhlak, moral, budi pekerti) di dalam
karakter. Kedua, karakter merupakan milik
personal dari seseorang atau pun suatu masyarakat atau bangsa.
Antara moral dan karakter keduanya
tidak bisa dipisahkan. Karakter merupakan
sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan
moral (Corley dan Phillips, 2000). Atau dengan kata lain karakter adalah kualitas moral
seseorang. Jika seseorang mempunyai moral yang baik, maka akan memiliki karakter
yang baik yang terwujud dalam sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pendidikan karakter menjadi penting dan strategis dalam membangun bangsa.
Pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Melalui pendidikan karakter kita ingin agar
anak mampu menilai apa yang baik, memelihara secara tulus apa yang dikatakan baik
itu, dan mewujudkan apa yang diyakini baik
walaupun dalam situasi tertekan dan penuh
godaan.
Pendidikan Karakter adalah proses
pemberian tuntunan peserta/anak didik agar
menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa
dan karsa. Ketiga substansi dan proses psikologis tersebut bermuara pada kehidupan moral dan kematangan moral individu. Dengan
kata lain, karakter kita maknai sebagai kualitas pribadi yang baik, dalam arti tahu kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berperilaku baik, yang secara koheren memancar
sebagai hasil dari olah pikir, olah hati, olah
raga, dan olah rasa dan karsa.
Upaya membangun karakter bangsa
sebenarnya sudah dicanangkan sejak awal
kemerdekaan. Soekarno sebagai salah satu
pendiri bangsa telah menegaskan pentingnya
nation and character building. Proklamasi kemerdekaan hanyalah sebagai jembatan emas
untuk membangun bangsa dan karakter,
sebab bangsa yang tidak memiliki karakter
akan terombang-ambing di tengah pergaulan internasional. Oleh karena itu, Pancasila
selain difungsikan sebagai dasar negara juga
sebagai pandangan hidup dan ideologi.
Fungsi Pancasila sebagai pandangan
hidup merupakan prinsip-prinsip dasar yang
diyakini kebenarannya yang kemudian dijadikan pedoman dalam menghadapi berbagai
persoalan dalam kehidupan. Sebagai implikasi Pancasila sebagai pandangan hidup,
maka Pancasila juga merupakan jiwa dan
kepribadian, dan sekaligus menjadi moral
dan karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu, upaya membangun bangsa tidak bisa
dilepaskan dari Pancasila yang menurut
Notonagoro nilai-nilainya digali dari budaya
bangsa Indonesia sendiri.
Rumusan masalah
Apa peran pendidikan dalam membangun karakter bangsa ?

Tujuan
untuk memahami tentang pendidikan dalaam membangun karakter bangsa

2. Pembahasan
A. Membangun Karakter dan Kepribadian Bangsa

Membangun karakter bangsa adalah membangun pandangan hidup, tujuan hidup, falsafah hidup, rahasia hidup serta pegangan hidup suatu bangsa. Sebagai bangsa, bangsa Indonesia telah memiliki pegangan hidup yang jelas. Dimulai sejak dikumandangkannya Proclamation of Independence Indonesia dan dicetuskannya declaration of Independence sebagai cetusan kemerdekaan dan dasar kemerdekaan, sekaligus menghidupkan kepribadian bangsa Indonesia dalam arti kata yang seluas-luasnya meliputi kepribadian politik, kepribadian ekonomi, kepribadian sosial, kepribadian kebudayaan dan kepribadian nasional. Membangun karakter sangat diperlukan dalam memaknai kehidupan merdeka yang telah dicapai oleh bangsa kita atas karunia Tuhan. Pembentukan karakter adalah proses membangun dari bahan mentah menjadi cetakan yang sesuai dengan bakat masing-masing. Pendidikan adalah proses pembangunan karakter. Pembangunan karakter merupakan proses membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi lebih baik, tergantung pada bekal masing-masing. Mau dibawa kemana karakter tersebut dan mau dibentuk seperti apa nantinya, tergantung pada potensinya dan juga tergantung pada peluangnya.
Pembangunan dan pendidikan karakter sebenarnya telah dibatasi (kontradiktif) dengan pendidikan mahal dan komersil atau kapatalisme pendidikan. Bangsa adalah kumpulan manusia individual, Karakter bangsa dicerminkan oleh karakter manusia-manusia yang ada di dalam bangsa tersebut. Sebuah bangsa lahir mirip dengan seorang manusia lahir. Seorang bayi lahir dari perjuangan keras seorang ibu. Pembangunan karakter bangsa juga demikian, dimana pembangunan karakter bangsa berkaitan dengan sejarah dimasa lalu yang memberikan syarat-syarat material yang memunculkan persepsi masyarakat terhadap kondisinya tersebut, dipengaruhi oleh kejadian konkret di masa kini. Pembangunan karakter diperlukan untuk menumbuhkan watak bangsa yang bisa dikenali secara jelas, yang membedakan diri dengan bangsa lainnya, dan ini diperlukan untuk menghadapi situasi zaman yang terus berkembang. Pembangunan karakter menjadi penting karena situasi kehidupan tertentu dan konteks keadaan tertentu membutuhkan karakter yang sesuai untuk menjawab keadaan yang ada tersebut. Misalnya, bangsa yang masih rendah teknologinya memerlukan karakter yang produktif dan kreatif dari generasi bangsanya, tempat berpikir ilmiah menjadi titik tekan karena hal itulah yang sangat dibutuhkan untuk menjawab tuntutan. Pembangunan karakter yang keras harus dilakukan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jangan sampai titik tekan pembangunan karakter tersebut justru menjadi tidak cocok dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah yang ada. Pembangunan karakter itulah yang kemudian dapat dilakukan oleh pendidikan karena didalamnya proses sosial mengarahkan generasi yang dilakukan.
Kepribadian manusia selalu berkembang sehingga bisa dibentuk ulang dan diubah. Kepribadian adalah hubungan antara materi tubuh dan jiwa seseorang yang perkembangannya dibentuk oleh pengalaman dan kondisi alam bawah sadar yang terbentuk sejak awal pertumbuhan manusia, terutama akibat peristiwa-peristiwa psikologis yang penting dalam pertumbuhan diri. Banyak yang beranggapan bahwa tidak ada orang yang memiliki dua kepribadian, kecuali orang yang sakit jiwa. Kepribadian orang digunakan untuk merespons lingkungan disekitarnya. Bukan segala tingkah laku orang dapat ditentukan kepribadiannya, akan tetapi ada saat tertentu lingkungan luar dapat mengubah kepribadian seseorang jika lingkungan tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar. Oleh karena itu, Kepribadian dapat berubah apabila lingkungan tiba-tiba berubah.

 B.Pengertian Pendidikan Karakter Bangsa


Tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 UU Sikdiknas menyebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia modern yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh sebab itu rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar pengembangan pendidikan karakter bangsa. Untuk memudahkan wawasan arti pendidikan karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian, istilah, pendidikan karakter bangsa.
Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan menurut Para Ahli :
Ki Hajar Dewantara
Menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
Prof. Herman H. Horn
Beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
UNESCO
 “education is now engaged is preparinment for a tife Society which does not yet exist” atau bahwa pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.
UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik,  pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.
Ahmad D. Marimba
Mengemukakan bahwa pendidikan ialah suatu proses bimbingan yang dilaksanakan secara sadar oleh pendidik terhadap suatu proses perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, yang tujuannya agar kepribadian peserta didik terbetuk dengan sangat unggul. Kepribadian yang dimaksud ini bermakna cukup dalam yaitu pribadi yang tidak hanya pintar, pandai secara akademis saja, akan tetapi baik juga secara karakter.
Plato
Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat memungkinkan tercapainya sebuah kesempurnaan.
Paulo Freire
Pendidikan adalah jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.[1]
Pengertian Pendidikan secara umum adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Pengaertian Karakter
Setiap orang memiliki karakternya masing-masing. Pengertian karakter ini terkadang salah diartikan dengan watak, kepribadian maupun sifat dari seseorang. Sebenarnya definisi dari karakter sendiri adalah akumulasi dari watak, kepribadian serta sifat yang dimiliki seseorang. Karakter dalam diri seseorang sebenarnya terbentuk secara tidak langsung dari proses pembelajaraan yang dilaluinya. Karakter manusia bukan berasal dari sesuatu bawaan sejak lahir, namun lebih kepada bentukan dari lingkungan hingga orang-orang yang ada di sekitar nya.
Karakter yang ada di dalam diri seseorang biasanya sejalan dengan tingkah lakunya. Bila orang tersebut selalu melakukan aktivitas yang positif, sopan berbicara, menghargai orang lain, senang menolong, dan lainnya maka dapat dikatakan jika kemungkinan besar karakter yang dimiliki orang tersebut juga sangat baik. Namun jika orang tersebut seringkali melakukan aktivitas yang buruk seperti senang mencela, berbohong, dan selalu berkata yang tidak sopan, maka tentu saja kemungkinan besar jika karakter dari orang tersebut sama buruknya dengan perilakunya.
Untuk mendalami tentang pengertian karakter yang lebih dalam, berikut ini ada beberapa pengertian karakter menurut para ahli:
Menurut Maxwell
Pengertian karakter sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan dengan sekedar perkataan. Lebih dari hal tersebut, karakter merupakan pilihan yang dapat menentukan sebuah tingkat kesuksesan dari seseorang.
Menurut Wyne
Pengertian karakter menandai bagaimana teknis maupun cara yang digunakan dalam memfokuskan penerapan dari nilai-nilai kebaikan ke dalam sebuah tingkah laku maupun tindakan.
Menurut Kamisa
Pengertian karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak serta budi pekerti yang dimiliki seseorang yang membuatnya berbeda dibandingkan dengan orang lainnya. Berkarakater juga dapat diartikan sebagai memiliki sebuah watak serta kepribadian.
Menurut Doni Kusuma
Pengertian karakter adalah sebuah gaya, sifat, ciri, maupun karakteristik yang dimiliki seseorang yang berasal dari pembentukan atupun tempaan yang didapatkannya melalui lingkungan yang ada di sekitar.

Menurut Gulo W
Pengertian karakter merupakan kepribadian yang dapat dilihat dari titik moral maupun tolak etis, misalnya saja kejujuran seseorang. Biasanya karakter memiliki hubungan pada sifat-sifat yang umumnya tetap.
Menurut Alwisol
Pengertian karakter adalah penggambaran dari tingkah laku yang dilakukan dengan memperlihatkan serta menonjolkan nilai, baik itu benar atau salah secara implisit maupun eksplisit. Karakter tentu berbeda dengan sebuah kepribadian yang memang di dalamnya tidak menyangkut nilai sama sekali.
Menurut Soemarno Soedarsono
Pengertian karakter merupakan sebuah nilai yang sudah terpatri di dalam diri seseorang melalui pengalaman, pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta pengaruh lingkungan yang kemudian dipadupadankan dengan nilai nilai yang ada di dalam diri seseorang dan menjadi nilai intrinsik yang terwujud di dalam sistem daya juang yang kemudian melandasari sikap, perilaku, dan pemikiran seseorang.
Menurut Ryan & Bohlin
Pengertian karakter merupakan sebuah pola perilaku seseorang. Orang dengan karakter yang baik tentu saja akan paham mengenai kebaikan, menyenangi kebaikan, serta mengerjakan sesuatu yang baik pula. Orang dengan perilaku yang memang sesuai kaidah moral disebut sebagai orang yang berkarakter mulia.
Menurut Imam Al-Ghajali
Pengertian karakter merupakan sifat yang mana tertanam di dalam sifat dan jiwa seseorang tersbeut. Sehingga akan secara spontan dan mudah sikap, tindakan, dan perbuatan tersebut akan terpencarkan.[2]
Secara umum Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.
Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengertian Pendidikan Karakter menurut para Ahli

Kita tau bahwa Pendidikan memang tak lepas dari yang namanya makna dan definisi. Di dalam dunia pendidikan banyak sekali istilah-istilah atau definisi-definisi yang dipakai kemudian memerlukan pembahasan mengenai sesuatu definisi atau pengertiannya. Berikut merupakan beberapa pengertian Pedidikan karakter berdasarkan Undang-Undang dan para pakar/ahli yang saya kutip dari berbagai sumber:

 

Suyanto

Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

 Kertajaya

Pendidikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Kamus Psikologi

Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982).
Menurut Thomas Lickona
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
-Pendidikan Karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai berikut :
Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal – melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
Responsibility  (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda.
 Fairness  (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
 Caring  (Peduli)


Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
Citizenship  (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat,  menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup.

Fungsi pendidikan karakter

Fungsi pendidikan karakter karakter adalah untuk mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur. Selain itu pendidikan karakter juga berfungsi meningkatkan peradaban manusia dan bangsa  yang baik  di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai media yang meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media tegnologi.

Tujuan pendidikan karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.
C.  Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting, ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”. Simak, telaah, dan renungkan dalam hati apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas, komitmen,kedisipilinan,visioner,dankemandirian.Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.
Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat

penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial,  dan,budayabangsa.
“Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. (MuktionoWaspodo)

Pendidikan karakter menjadi kunci terpenting kebangkitan Bangsa Indonesia dari keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradaban baru. Di Indonesia, akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat Peringatan Hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 2 mei 2010 lalu. Tekad Pemerintah tersebut bertujuan untuk mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional yang harus didukung secara serius. Karakter bangsa dapat dibentuk dari program-program pendidikan atau dalam proses pembelajaran yang ada di dalam kelas. Akan tetapi, apabila pendidikan memang bermaksud serius untuk membentuk suatu  karakter generasi bangsa, ada banyak hal yang harus dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga terhadap pelaksana kebijakan pendidikan. Jika kita pahami arti dari Pendidikan secara luas, pendidikan sebagai proses penyadaran, pencerdasan dan pembangunan mental atau karakter, tentu bukan hanya identik dengan sekolah. Akan tetapi, berkaitan dengan proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan, dan juga memliki kemampuan untuk mengarahkan kesadaran, membentuk cara pandang, dan juga membangun karakter generasi muda. Artinya, karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan juga kaum muda secara umum sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah, akan tetapi lebih banyak dibentuk oleh proses sosial yang juga tak dapat dilepaskan dari proses ideoogi dan tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan.
Mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui Pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan tersebut dapat ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya karakter bangsa untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakter diri, yang menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Perkembangan tersebut harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dengan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.


Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah perkembangan potensi peserta didik agar menjadi berperilaku baik, dan bagi peseta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa, untuk memperkuat pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam perkembangan potensi peserta didik yang bermartabat, dan juga untuk menyaring budaya bangsa sendiri dengan bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
D.  Contoh Program Pendidikan Karakter
1). Lingkungan Sekolah :
                         Training Guru
Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang “bermasalah” dengan perilakunya.
                         Program Bimbingan Mental
Program ini terbagi menjadi dua sesi program :
Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dandi sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.
Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan.Yaitu memberikan pendidikan karakterb pada anak didik. Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik.


Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan

pendidikan karater pada anak didik. Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam polapendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anakdidik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
2).   Lingkungan Keluarga :
    Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini.
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan

kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.


3. Kesimpulan
Karakter dapat dimaknai cara berpikir dan berperilaku yang manjadi kebiasaan individu dalam kehidupannya dan menetap menjadi ciri khas dari pribadi tersebut. Hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa pembentukan karakter ini antara lain dipengaruhi dan sejalan dengan pola pendidikan yang diterima oleh individu. Untuk itu masalah pernbentukan karakter pada tataran suatu negara yang menyangkut falsafah dan pandangan hidup, tidak akan terlepas dan tidak akan mengabaikan peran dan kebijakan pendidikan di suatu negara tersebut.
Untuk itu tidak salah ketika dikatakan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan pada aspek penerapan nilai-nilai kedalam implementasi setiap aspek pendidikan. Pendidikan karakter semestinya terarah dan terinternalisasi
pada pengembangan kultur edukatif yang mengarahkan anak didik untuk menjadi pribadi yang integral, mandiri, berkualitas dan bermatabat. Semoga, amin.





Biodata Penulis

Nanda Claresta A. Saat ini menjadi mahasiswa di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.